Meta, perusahaan induk dari Facebook dan Instagram, baru-baru ini mengakui telah menghapus sejumlah konten terkait Hamas dari platform mereka. Penghapusan ini menimbulkan kontroversi dan berbagai tanggapan dari masyarakat, terutama di tengah konflik yang terus berlangsung di Timur Tengah.

Penjambret Sepeda di Senayan Baru Keluar Penjara

Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, sering kali menjadi subjek pengawasan ketat di media sosial. Meta, sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, memiliki kebijakan tegas terhadap konten yang terkait dengan kelompok-kelompok yang mereka anggap sebagai organisasi teroris.

Meta menjelaskan bahwa mereka menggunakan kombinasi teknologi otomatis dan tinjauan manusia untuk mengidentifikasi dan menghapus konten yang melanggar kebijakan tersebut.

Keputusan Meta untuk menghapus konten terkait Hamas telah menimbulkan reaksi beragam. Beberapa pihak memuji langkah ini sebagai upaya untuk menjaga keamanan dan mencegah penyebaran konten yang berpotensi membahayakan. Namun, ada juga kritik yang menyatakan bahwa tindakan ini dapat dianggap sebagai bentuk sensor dan pelanggaran terhadap kebebasan berbicara.

Para kritikus berpendapat bahwa penghapusan konten ini dapat menghambat diskusi dan pemahaman yang lebih luas mengenai situasi di Timur Tengah.

Sebagai respons terhadap kritik, Meta berkomitmen untuk meningkatkan transparansi dalam proses moderasi konten mereka.